Rabu, 03 Desember 2014

KLIPING BATIK



Kata Pengantar

           


Assalamu’alaikum wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah  ini dengan sebaik-baiknya tanpa ada halangan apapun.
            Kami harap Makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan dengan adanya tugas pembuatan Makalah ini sehingga para pembaca dapat mengenal dan mengerti lebih jauh tentang batik.
            Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca serta kami mengharapkan juga kritik dan saran dari para untuk menyempurkan tugas makalah kami ini dan kami mohon maaf apabila ada kalimat yang kurang berkenan di hati para pembaca.
                       
Wabillahi taufik walhidayah
            Assalamualaikum wr. Wb.


                                                                         


                                               
                                                                                      













Kata Pengantar

          Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah Swt yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah dengan judul pembahasan tentang tekstil “Batik”. Membuat Makalah tekstil batik ini memaparkan mengenai manfaat hasil belajar dan membuat kria tekstil dengan batik tulis.

Makalah tekstil batik tulis ini diajukan untuk persyaratan gelar sarjana tata busana. Penulis telah berusahan agar dapat mencapai hasil yang lebih baik, namun penulis menyadari bahwa ada kekurangan dan tidak sempurnanya dalam cara penulisan tugas Makalah tentang tekstil batik ini. Penulis mengharapkan tugas tekstil batik ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua, terutama bagi para penulis dan umumnya buat para pembaca.


                                                                                    ,   September 2014





















DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORITAS
2.1 Pengertian Batiki
2.2. Sejarah Teknik Batik
2.3. Budaya Batik

BAB III PEMBAHASAN
3.1. Macam Batik di Indonesia
3.2. Proses Pembuatan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN


1.1.      Latar Belakang
Batik merupakan salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia yang telah menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khas budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.

1.2. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan dan pembahasan kliping ini, maka dalam penulisan kliping ini akan dibagi secara sistematis dengan susunan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab Pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang pemilihan topik, batas-batas masalah yang akan dibahas dalam pembuatan tugas kliping ini.

BAB II LANDASAN TEORITAS
Pada bab ini akan dibahas semua teori yang akan digunakan dalam membuat perancangan program aplikasi desain motif batik.

BAB III PEMBAHASAN
Pada Bab pembahasan akan di terangkan lebih jelas tentang pokok utama pada pemilihan topik judul.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dituliskan kesimpulan dan saran apa saja yang dapat diambil dari hasil penyusunan kliping ini.




BAB II
LANDASAN TEORITAS

2.1.  Pengertian Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan kain. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam, teknik ini adalah salah satu bentuk seni kuno yang berguna untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literature Internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait.
Batik juga termasuk jenis  kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi kaum perempuan. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai “Batik Cap dan Batik Cetak”, yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.
2.2.  Sejarah teknik batik
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e6/Niya_batik.jpg/250px-Niya_batik.jpg
Tekstil batik dari Niya (Cekungan Tarim), Tiongkok
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ed/Prajnaparamita_clothes_detail.JPG/220px-Prajnaparamita_clothes_detail.JPG
Detail ukiran kain yang dikenakan Prajnaparamita, arca yang berasal dari Jawa Timur abad ke-13. Ukiran pola lingkaran dipenuhi kembang dan sulur tanaman yang rumit ini mirip dengan pola batik tradisional Jawa.
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.[2]. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.[3]
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. [2]Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.[4]
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[4] Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa.[5] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.[2]
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri di Pekan tahun 1895 bagi menghasilkan batik, kain pelangi, dan kain telepok.[6]



2.3. Budaya batik
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f9/Raden_Adjeng_Kartini.jpg/220px-Raden_Adjeng_Kartini.jpg
Pahlawan wanita R.A. Kartini dan suaminya memakai rok batik. Batik motif parang yang dipakai Kartini adalah pola untuk para bangsawan
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.














BAB III
PEMBAHASAN


3.1.  Macam-macam Batik di Indonesia
Berdasarkan  proses pembuatannya batik dibagi kedalam beberapa macam yaitu sbb :
1.      Batik Tulis
Batik tulis adalah suatu teknik melukis diatas kain, dimana kain tersebut akan dihias dengan tekstur dan corak batik dengan menggunakan tangan. Dalam pembuatan abtik tulis digunakan alat yang dinamakan canting. Batik tulis merupaakan batik yang didalam pembuatannya diperlukan keahlian, pengalaman, ketelitian, kesabaran dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan batik tulis.
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik tulis, yaitu :
a.    Tahap pertama atau disebut juga proses pebatikan pertama, yaitu pembuatan pola dan motif yang dikehendaki ditas kain putih (sutera) dilukis dengan pensil.
b.    Tahap kedua, yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting dengan mengikuti pola yang telah ada pada kedua sisi (bolak-balik)
c.    Tahap ketiga, yaitu menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap bewarna putih (tidak bewarna)
d.   Tahap keempat, yaitu proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.
e.    Tahap kelima, setelah dicelupkan, kain tersebut dijemur dan dikeringkan.
f.     Tahap keenam, setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutupi bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
g.    Kemudian dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
h.    Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutup lilin (menggunakan alat canting untuk menahan warna pertama kedua )
i.      Proses membauka dan menutup lilin  malam dapat dilakukan berulang kali sesuai dengan banyaknya warna dan kompelksitas motif yang diinginkan.
j.      Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut kemudian mengeringkannya dengan cara menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.
2.      Batik Cap
Batik cap adalah suatu teknik membatik yang menghiasi kain dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan suatu alat yaitu berupa cap, atau alat cetak atau stempel yang terbuat dari tembaga dan pada cap tersebut telah berpola batik. Sehingga proses pembatikan cetak (cap) dapat jauh lebih cepat dan mudah untuk pengerjaan batik ini dapat diproduksi secara banyak dan juga tidak membutuhkan waktu yang lama, karena dalam proses pembuatannya tidaklah  menuntut keahlian si pembatik
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik cap, yaitu :
a.    Pembuatan pola dan motif yang dikehendaki diatas kain putih (sutera) dengan dicap / dicetak dengan menggunakan alat cap tersebut ke lilin panas dan kemudian ditekan pada kain.
b.    Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.
c.    Setelah dicelupkan, kain tersebut dijemur dan dikeringkan
d.   Setelah kering, kembali melakukan proses pembarikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewaranaan yang pertama
e.    Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua
f.     Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakan kain tersebut dengan air panas diatas tungku
g.    Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua
h.    Proses membuka dan mentutup lilin malam dapat dilakukan berulang kali sesuai dengan banyaknya warna kompleksitas motif yang diinginkan
i.      Proses terkahir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dan dengan menjermurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.

3.      Batik Printing
Batik printing disebut juga denbgan batik sablon, karena proses pembatikan ini sangat menyerupai proses penyablonan. Motif batiknya telah dibuat dan didesain atau diprint diatas alat offset/sablon (plangkan), sehingga dapat sangat memudahkan pengerjakan batik ini khususnya pewarnaan dapat langsung dilakukan dengan alat tersebut. Hanya untuk pembatikan dan pewarnaan yang lebih komplek digunakan lilin malam dengan alat canting. Kemudian jenis batik ini mula menggeser keberadaan batik tulis dan cetak, sehingga mengalami perdebatan diantara seniman dan pengrajin batik; sehingga batik printing ini disebut dengan kain bermotif batik. Pembuatan batik ini tidak serumit dan selama pengerjaan pada batik tulis. Namun, kekurangan pada batik printing ini yaitu gambarnya hanya berada pada satu sisi (sisi di atas kain), karena warnya tidak mersep ke seluruh serat kain, sehingga dibalik kain masih terlihat sedikit bewarna putih.
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik printing, yaitu :
a.    Pembuatan pola dan motif yang diinginkan diatas kain putih (sutera) dengan disablon / diprint menggunakan alat cetak sablon (plankon)
b.    Tahapn selanjutnya seperti proses pertama untuk pewarnaan kedua dan juga sebagai kombinasi motif batik, proses ini dapat dilakukan berulang kali sesuai batik yang diinginkan
c.    Lalu dilanjutkan dengan menjemur atau mengerinkan kain tersebut dibawah terik matahari jika ada atau dapat juga dengan diletakan diatas tungku / oven khusus
d.   Setelah kering kain tersebut dicuci untuk melekatkan dan menguatkan warna pada kain, kemudian dijemur kembali. Proses pembalikan dapat selesai sampai tahap ini, tetapi untuk batik yang lebih rumit dan kompleks dapat melakukan tahap selanjutnya
e.    Kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada proses pencelupan warna
f.     Kemudian dilanjutkan dengan proses pencelupan warna
g.    Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam kain tersebut dengan cara meletakan kain tersebut dengan air panas diatas tungku
h.    Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.
4.      Kombinasi Antara Batik Tulis dan Batik Cap
Batik jenis ini merupakan hasil dari proses pembuatan batik tulis dan batik cap. Batik ini tetap mempertahankan factor seni dan keindahannya karena dikombinasikan dengan batik tulis. Cara pengerjaan dari batik jenis ini yaitu dengan menggunakan alat cap untuk membuat motif secara keseluruhannya lalu dilanjutkan dengan proses batik tulis
5.      Batik Cabut / Batik Bordir
Batik cabut adalah batik kombinasi antara batik tulis dan batik printing. Proses pengerjaan batik jenis ini yaitu dengan mengkombinasikan proses printing dengan proses canting. Biasanya proses pewarnaan pertama menggunakan printing, namun proses pewarnaan ke-2 dan seterusnya serta pembuatan motif yang lebih rumit menggunakan canting dan malam.

3.2.  Proses Pembuatan Batik
Secara umum proses pembuatan batik melalui 3 tahapan yaitu pewarnaan, pemberiaan malam (lilin) pada kain dan pelepasan lilin dari kain. Kain putih yang akan dibatik dapat diberi warna dasar sesuai keinginan atau tetap bewarna putih sebelum kemudian diberi malam.
Proses pemberian mala mini dapat menggunakan proses batik tulis dengan canting tangan aatau dengan proses cap. Pada bagian kain yang diberi malam, pewarnaan pada batik tidak dapat masuk karena tertutup oleh malam (waxresist).
Setelah diberi malam, batik dicelup dengan warna. Proses pewarnaan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai keinginan dengan beberapa warna yang diinginkan.
Jika proses pewarnaan dan pemberian malam selesai, maka malam dilunturkan dengan proses pemanasan. Batik yang  telah menjadi leleh dan terlepas dari air. Proses perebuasan ini dilakukan dua kali, yang terakhir dengan larutan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik dan menghindari kelunturan. Setelah perebusan selesai, batik direndam dengan air dingin lalu dijemur.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Batik merupakan wahana untuk mengekspresikan estetika baik dari motif, batik banyuwnagi merupakan sebuah perwujudan nilai estetika ragam hias Banyuwangi. Dari hnaya merupakan sebuah estetika dari ragam luar, juga memiliki filosofi yang dianut oleh masyarakat Bnayuwangi yang semakin terseok adanya perlu tindakan nyata untuk keberadaan batik Banyuwnagi ini.

Corak Batik hingga filosofi corak batik Banyuwagi mengenai sejarahnya karena selama mengenal ini hanya memiliki sedikit orang.


4.2 Saran

Hasil enelitian mengenai manfaat tekstil batik dengan teknik batik tulis sebagai kesiapan uji kompetensi, mengetahui manfaatnya ditinjau dari kegiatan masyarakat sehari – hari. Agar tekstil batik atau kerajinan kain batik tetap digemari dikalangan masyarakat, kita harus melestarikan kerjainan kain batik itu dan tidak menyalahgunakannya.
Untuk meningkatkan motivasi masyarakat untuk melestarikan kain batik, dapat pula dilakukan dengan berbagai cara yaitu dnegan cara mengenakan batik pada hari – hari tertentu dna bisa juga berperan serta dalam menjualkan batik dan masih banyak cara lain.













DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar