Kamis, 04 Desember 2014

MEWABAHNYA TIKUS PADA EKOSISTEM SAWAH



MEWABAHNYA TIKUS PADA EKOSISTEM SAWAH


Tanaman padi ( Produsen ) akan lebih cepat habis karena jumlah tikus banyak sedangkan pemangsa tikus ( Ular ) mungkin jumlahnya sedikit. Jadi Produsen akan cepat habis, sedangkan Hewan / Pemangsa (Konsumen III) yang tingkatnya diatas Pemangsa Tikus (Konsuman II) juga akan berkurang karena kekurangan sumber makanannya.
Dengan kata lain, akan terjadi ketidakseimbangan pada rantai makanan apabila jumlah Tikus (Konsuman I) tidak segara dikendalikan Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi
tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi. Disamping itu monitoring keberadaan dan aktivitas tikus sangat penting diketahui sejak dini agar usaha pengendalian dapat berhasil.
Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. Dan tidak kalah pentingnya adalah mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar
Tikus bisa hidup di luar rumah dan juga hidup di dalam rumah bersama-sama dengan manusia. Tikus biasanya dianggap sebagai hama karena banyak memberikan dampak buruk bagi manusia sehingga suka diburu untuk dimusnahkan. Di balik semua itu, ada juga orang-orang yang menjadikan tikus sebagai hewan peliharaan, serta ada juga budaya suatu daerah yang menghormati tikus setinggi langit sehingga haram hukumnya menyakiti tikus.inilah bebrapa efek yang di timbulkan oleh hama tikus tersebut:
  • Menimbulkan Kerusakan 
Karena tikus adalah hewan pengerat maka tikus akan menggigiti barang-barang yang ada di rumah kita serta membuat lubang-lubang untuk jalan akses keluar masuk tikus. Selain itu tanaman-tanaman yang ditanam manusia bisa dirusak tikus
  • Mengotori Rumah
Tikus buang air besar dan buang air kecil sembarangan di dalam maupun di luar rumah kita sehingga menimbulkan pemandangan dan bau yang tidak sedap. Mau tidak mau kita harus membersihkannya sudah tentu dengan rasa jijik Makan Minum dan Mengacak-Acak Makanan Minuman Manusia Apabila makanan dan minuman kita tidak ditutup rapat dengan benar, maka tikus bisa masuk dan ikut berpesta pora terhadap makanan kita. Jika sudah begitu maka kita pun akan merasa jijik untuk makan makanan yang sudah dicicipi dan diacak-acak oleh hewan tikus yang tidak bertanggung jawab.
  • Menimbulkan Penyakit
Tikus bisa menjadi medium penyebaran penyakit berbahaya seperti pes dan leptospirosis (kencing tikus). Jika mendengar penyakit yang berbahaya tersebut, maka rasanya ingin segera memberantas tikus-tikus yang ada di sekitar kita agar terhindar dari resiko terkena penyakit yang berbahaya.
  • Menimbulkan Polusi
Tikus yang mengeluarkan suara mencicit-cicit serta menimbulkan suara gaduh cukup mengganggu ketenangan di telinga kita. Tikus yang mati dan menjadi bangkai di tempat yang tidak terlihat mata kita juga bisa menjadi teror yang cantik bagi seluruh penghuni seisi rumah dengan polusi udara tingkat tinggi.
  • Membuat Orang-Orang Takut dan Panik
Tikus yang lenggang kangkung lewat ke sana ke mari di sekitar kita juga bisa membuat panik terhadap orang-orang yang phobia terhadap tikus. Entah kenapa orang bisa takut pada tikus dan bisa menjerit-jerit dan panik setengah mati jika melihat tikus. Yang pasti hal tersebut sangat tidak menyenangkan bagi orang-orang normal yang tidak takut kepada tikus jika melihat orang lain panik melihat tikus.
  • Bisa Melukai Manusia
Masih ingatkah dengan pesan orangtua untuk cuci tangan dan cuci kaki sebelum tidur agar tikus enggan menyantap tangan dan kaki kita yang bebau makanan yang disukai para tikus. Gigi tikus yang sangat tajam memang bisa saja melukai kita. Oleh karena itu kita harus terus waspada dan berhati-hati terhadap berbagai acaman yang ditimbulkan oleh tikus yang kurang ajar.
  • Memangsa Hewan Peliharaan
Bukan sesuatu yang tidak mungkin tikus akan menyerang hewan-hewan peliharaan kesayangan kita jika sedang lapar. Hewan seperti burung, ayam, bebek, kelinci, dan lain sebagainya bisa saja mati dimangsa tikus yang kelaparan. Makanan binatang peliharaan kita pun juga kadang menjadi santapan tikus-tikus yang lapar
  • Merusak Pemandangan
Apa enaknya melihat penampilan tikus yang lusuh, dekil, kotor, kucel, pitak dan menjijikkan? Dengan membayangkan kelakuan tikus kepada kita saja sudah menibulkan rasa kesal yang amat sangat, apalagi melihat penampakan tikus-tikus yang berlalu-lalang tanpa merasa bersalah di depan kita dengan mata kepala kita sendiri.
  •  Menimbulkan Wabah Kelaparan
Tikus dalam jumlah besar bisa merusak sawah, ladang dan kebun yang sedang ditanami beraneka bahan makanan manusia seperti padi, jagung, buah dan sayur. Tikus pun juga bisa menyerang dan menghabiskan persediaan makanan di dalam lumbung dan gudang bahan pangan sehingga serangan hama tikus tidak boleh disepelekan dan harus ditindak jauh-jauh sebelum terjadi bencana.
Jumlah anak tikus per induk beragam antara 6-18 ekor, dengan rata-rata 10,8 ekor pada musim kemarau dan 10,7 ekor pada musim hujan, untuk peranakan pertama. Peranakan ke 2-6 adalah 6-8 ekor, dengan rata-rata 7 ekor. Peranakan ke 7 dan seterusnya, jumlah anak menurun mencapai 2-6 ekor, dengan rata-rata 4 ekor. Interval antar peranakan adalah 30-50 hari dalam kondisi normal. 
Pada satu musim tanam, tikus betina dapat melahirkan 2-3 kali, sehingga satu induk mampu menghasilkan sampai 100 ekor tikus, sehingga
populasi akan bertambah cepat meningkatnya. Tikus betina cepat dewasa, pada umur 28 hari sudah siap kawin dan dapat bunting. Masa kehamilan mencapai 19-23 hari, dengan rata-rata 21 hari. Tikus jantan lebih lambat menjadi dewasa daripada betinanya, pada umur 60 hari siap kawin. Lama hidup tikus sekitar 8 bulan.
Sarang tikus pada pertanaman padi masa vegetatif cenderung pendek dan dangkal, sedangkan pada masa generatif lebih dalam, bercabang, dan luas karena mereka sudah mulai bunting dan akan melahirkan anak. Selama awal musim perkembangbiakan, tikus hidup masih soliter, yaitu satu jantan dan satu betina, tetapi pada musim kopulasi banyak dijumpai beberapa pasangan dalam satu liang/sarang. Dengan menggunakan Radio Tracking System, pada fase vegetatif dan awal generatif tanaman, tikus bergerak mencapai 100-200 m dari sarang, sedangkan pada fase generatif tikus bergerak lebih pendek dan sempit, yaitu 50-125 m dari sarang.

Penyebab – penyebab meluaknya populasi hama tikus khususnya di indonesia

Jumlah pakan/makanan (Padi) melimpah khususnya indonesia.
Jumlah pemangsa tikus (Konsumen II) sedikit / tidak seimbang dengan jumlah tikus.
Tempat berkembang biak yang aman untuk tikus.
Tidak ada peran serta dari manusia dalam membasmi sarang tikus.
Banyak predator ( ular ) yang diburu oleh manusia

  • Penyebab Terjadinya
Jumlah pakan/makanan (Padi) melimpah.
Jumlah pemangsa tikus (Konsumen II) sedikit / tidak sei,bang dengan jumlah tikus.
Tempat berkembang biak yang aman untuk tikus.
Tidak ada peran serta dari manusia dalam membasmi sarang tikus.
Banyak predator ( ular ) yang diburu oleh manusia.
  • Efek Tehadap Organisme Lain
Mungkin bisa membuat pertumbuhan padi menjadi kurang baik atau bahkan bisa gagal panen. Hal tersebut juga berlaku untuk tanaman lain yang biasanya dikonsumsi tikus. Karena tanaman tersebut dirusak oleh tikus sedangkan mungkin pemangsa tikus sendiri jumlahnya sedikit.

  • Pengaruh Yang Timbul Pada Rantai Makanan
Tanaman padi ( Produsen ) akan lebih cepat habis karena jumlah tikus banyak sedangkan pemangsa tikus ( Ular ) mungkin jumlahnya sedikit. Jadi Produsen akan cepat habis, sedangkan Hewan / Pemangsa (Konsumen III) yang tingkatnya diatas Pemangsa Tikus (Konsuman II) juga akan berkurang karena kekurangan sumber makanannya.
Dengan kata lain, akan terjadi ketidakseimbangan pada rantai makanan apabila jumlah Tikus (Konsuman I) tidak segara dikendalikan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar